Oleh : Agus Fitri Yanto, SE, MM

Untuk meningkatkan eksistensi bisnis, pelaku usaha perlu memiliki karyawan-karyawan yang terlatih dan mampu menangani berbagai pekerjaan dalam bdiangnya. Oleh karena itu diperlukan pelatihan karyawan secara berkala dan terencana.

Ada lima faktor penyebab diperlukannya pelatihan yaitu  (Tjiptono dan Diana, 2001: 213-214). Pertama, kualitas angkatan kerja yang ada. Angkatan kerja terdiri dari orang-orang yang berharap memiliki pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan baru dipenuhi dari angkatan kerja tersebut. Oleh karena itu kualitas angkatan kerja merupakan hal yang penting. Kualitas disini berarti kesiapan dan potensi angkatan kerja yang ada.

Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan dengan baik dan memiliki keterampilan intelektual dasar seperti membaca, menulis, berfikir, mendengarkan, berbicara, dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti itu potensial untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaanya.

Kedua, Persaingan global. Perusahaan harus menyadari bahwa saat ini sedang menghadapi persaingan dalam pasar global yang ketat. Agar dapat memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih murah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan senjata ampuh untuk menghadapi persaingan agar tetap survive dan memiliki dominasi. Senjata tersebut adalah pendidikan dan pelatihan.

Ketiga, Perubahan yang cepat dan terus-menerus. Di dunia ini tidak ada satu hal pun yang tidak berubah. Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus-menerus. Pengetahuan dan keterampilan yang masih baru hari ini mungkin besok pagi sudah menjadi usang. Dalam lingkungannya seperti ini sangat penting mempengaruhi kemampuan karyawan secara konsisten. Perusahaan yang tidak memahami perlunya pelatihan tidak mungkin dapat mengikuti perubahan tersebut.

Keempat, Masalah alih teknologi. Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu objek ke objek lain. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi. Tahap pertama adalah komersialisasi teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium riset atau oleh penemu individual. Tahap ini merupakan pengembangan bisnis dan tidak melibatkan pelatihan. Tahap kedua dari proses tersebut adalah difusi teknologi yang memerlukan pelatihan. Difusi teknologi adalah proses pemindahan teknologi yang baru dikomersialkan ke dunia kerja untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan daya saing. Tahap kedua ini tidak akan berlangsung dengan baik bila para karyawan yang menggunakan teknologi itu belum dilatih untuk menggunakannya secara efisien dan efektif.

Teknologi yang tanpa didukung oleh adanya karyawan yang memahami penggunaannya secara efektif, tidak akan dapat memberikan kontribusi besar pada peningkatan produktivitas. Hambatan utama terhadap efektivitas proses alih teknologi adalah ketakutan (kekhawatiran) akan perubahan dan ketidaktahuan akan teknologi baru tersebut. Hambatan tersebut dapat diatasi dengan pelatihan.

Kelima, Perubahan keadaan demografi. Perubahan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi semakin penting dewasa ini. Pelatihan dibutuhkan untuk melatih karyawan yang berbeda latar belakangnya agar dapat bekerja sama secara harmonis. Untuk mengatasi perbedaan budaya, sosial, dan jenis kelamin dibutuhkan pelatihan, komitmen dan perhatian.

Namun tidak selamanya suatu pelatihan yang dilakukan akan berhasil, bahkan banyak pelatihan yang gagal. Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan suatu pelatihan. Misalnya pengajaran yang tidak baik, materi kurikulum pelatihan yang tidak tepat, perencanaan yang jelek, dana yang tidak memadai dan kurangnya komitmen. Juran mengemukakan penyebab utama yang lebih serius dan seringkali terjadi yaitu kurangnya partisipasi manajemen dalam perencanaan. Setiap orang pada level operasional perlu dilibatkan dalam perencanaan pelatihan. Dengan demikian manajemen dan level operasional bersama-sama merencanakan kebutuhan akan pelatihan.

Di samping itu juga disebabkan oleh jangkauan (scope) yang terlalu sempit. Pelatihan yang bertujuan memperbaiki kualitas harus dimulai dari aspek yang luas dan umum, baru aspek yang lebih spesifik. Seringkali perusahaan langsung memberikan pelatihan mengenai aspek-asper tertentu sebelum para karyawannya memahami kerangka umumnya. Harus dipahami pula bahwa pelatihan penting bagi introduksi dan perwujudan inisiatif pelayanan terhadap konsumen yang berharga. Pengetahuan, keterampilan, dan terutama sikap perlu secara konstan diperkuat untuk secara sadar mempertahankan karyawan tetap kompeten. Disamping itu juga mempertahankan keseimbangan dengan tuntutan konsumen, kekuasaan yang didesain untuk memberikan wewenang kepada mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *