Guru harus sering melakukan inovasi dalam melaksanakan pembelajaran dalam kelas. Perkembangan yang serba cepat, harus disikapi dengan perubahan paradigma mengajar, sehingga menghasilkan generasi yang kreatif dan mampu menyesuaikan dengan zaman.
Hal tersebut disampaikan akademisi Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST) Yogyakarta, Dra Titik Mutiah MA PhD, usai mengisi seminar pendidikan di Politeknik Sawunggalih Aji (Polsa) Kutoarjo. Seminar dihadiri ratusan guru di Kabupaten Purworejo dan sekitarnya. “Guru itu harus mampu menciptakan pembelajaran yang mengakui dan menghargai kecerdasan anak yang berbeda-beda,” katanya, Jumat (21/2/2020).
Menurutnya, kebanyakan pola pengajaran yang masih diaplikasikasikan adalah dengan model peserta didik hanya diminta menjadi pendengar yang baik, tidak didorong mengembangkan kemampuan berpikir, diarahkan untuk menghafal informasi, dan menimbun informasi yanpa menghubungkan dengan kehidupan sehar-hari.
Akibatnya, anak bisa pandai dan memiliki pemahaman teori yang bagus, namun, kata Siti, mereka miskin kemampuan aplikasi. “Otak hanya dijejali bahan ajar untuk dihafal, tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun potensi diri, sehingga kondisi terburuknya adalah kemampuan itu tidak berguna bagi kehidupannya,” terangnya.
Dikatakan, tidak perlu lagi mencari kambing hitam atas persoalan tersebut. “Yang perlu kita lakukan adalah mari berpikir apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi masalah. Inovasi dilakukan dengan tetap melihat kenyataan di lapangan, seperti fakor guru, anak didik, sarpras dan potensi daerah,” tuturnya.
Guru, lanjutnya, dituntut untuk menjadikan sasaran kognitif, afekti, dan psikomotorik, bisa berkembang optimal. Gaya guru mengajar perlu disesuaikan dengan gaya belajar siswa. “Fokuslah pada aktivitas siswa, bukan guru,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Polsa Kutoarjo Sapta Aji Srimargiutomo mengemukakan, dunia pendidikan dituntut menghasilkan lulusan berdaya saing unggul untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Revolusi berpengaruh pada hilangnya beberapa jenis pekerjaan, namun, akan memunculkan profesi baru lainnya.
Untuk mengantisipasi, politeknik menerapkan kurikulum yang mampu menjawab kebutuhan dunia industri era 4.0. “Lulusan Polsa akan lebih adaptif, berdaya saing dan mampu mengisi berbagai pekerjaan baru berbasis digital di era 4.0. Selain itu, kami juga punya tanggung jawab mewujudkan masyarakat Purworejo yang terdidik dan mampu menghadapi perkembangan zaman, untuk itu Polsa berinovasi dengan menyelenggarakan seminar pendidikan ini,” tandasnya.(Jas)
sumber : krjogja.com